Jumat, 18 Juni 2010

I-Tsing

I-tsing berusia kira-kira sepuluh tahun ketika Yuan Chwang kembali ke Cina dan ketika itu sudah bertekad untuk menjadi bhiksu pada waktu yang akan dating. I-tsing memesuki Sangha pada usia empatbelas tahun. Di tahun 671 Masehi ketika ia berusia tiga puluh ia mulai berkelana. Ia mengembara selama duapuluh lima tahun sampai tahun 695 Masehi dan menjelajahi lebih dari tigapuluh negara. Setelah kembali ke Cina pada tahun 695 Masehi ia menerjemahkan lebih dari 56 buku dari 400 judul buku yang dibawa pulang dari tahun 700 Masehi sampai tahun 712 Masehi. Ia meninggal dunia pada tahun 713 Masehi dalam usia 79 tahun.

Kisah perjalanan

Ia pergi ke India dan pulang kembali dari India lewat jalan laut. Dalam perjalanan pergi ke India ia singgah delapan bulan di Sriwijaya, enam bulan di tempat yang sekarang dikenal sebagai Palembang dan dua bulan di Malaya. Ia berlabuh di Tamralipti pada tahun 673 Masehi dan kemudian meneruskan perjalanan ke Magadha, tanah suci yang tidak ada bandingnya untuk melakukan pemujaan di Buddha Gaya dan tempat suci lainnya.

Ia bermukim sepuluh tahun di Nalanda untuk mengikuti pelajaran tentang Buddha Dhamma dan mengumpulan kitab-kitab suci. Di tahun 685 ia meninggalkan India, juga tempat pelabuhan Tamralipti. Ia bermukim di Sriwijaya selama empat tahun dan dengan berlatar belakang pengetahuannya tentang bahasa Sansekerta ia menerjemahkan banyak kitab suci. Ini memerlukan waktu lima tahun dan di tahun 695 ia pulang lagi ke Cina. Di Cina ia mendapatkan sambutan yang meriah karena kalangan istana banyak yang tertarik dengan petualangannya.

Buku I-Tsing dengan judul A Record of The Buddhist Religion as Practised In India And The Malay Archipelago telah dialihbahasakan ke bahasa Inggris oleh seorang ilmuwan Jepang bernama I.Takakusu. Buku lain dengan judul Memoirs On The Eminent Monk Who Went In Searc Of The Law In The Western Countries telah dialihbahasakan ke bahasa Perancis oleh Chavannes. Kita mendapat gambaran yang jelas tentang ketulusan dan pengabdian dari para bhiksu yang jumlahnya lebih besar dari pada yang kita duga, dan kegigihan mereka yang dengan gagah berani menghadapi berbagai macam bahaya dalam pengembaraan mereka.

I-Tsing pernah berkomentar : “ Bagaimana berjayanya, jalan yang ditempuh penuh dengan kesulitan; tempat-tempat suci letaknya sangat jauh. Dari puluhan orang yang telah berusaha mungkin hanya satu orang saja yang berhasil menunaikan tugasnya. Sebabnya, luas padang-padang pasir yang berbatu dari negara India, sungai-sungainya yang besar dan panasnya sinar matahari yang membakar; ombak laut yang mengganas dan banjir serta angin topan yang mengerikan. Apabila berjalan sendiri melewati pagar besi di anatara Samarkand dan Bactra, orang harus melalui puluhan ribu gunung dan jurang-jurang yang dalam. Apabila mengambil jalan laut, setelah lewat dari Selatan Tonkin orang harus masuk ke ribuan delta dan di situ biasanya orang tersesat dan mati….Itulah sebabnya, kalau yang mengembara lebih dari limapuluh orang, yang dapat selamat jiwanya hanya beberapa orang. Banyak bhiksu Korea yang pergi ke India melalui Asia Tengah atau perjalanan laut. Mereka mati di India dan tidak dapat melihat tanah airnya lagi. Memang perjalanan melalui Asia Tengah makin lama makin sulit, lebih-lebih setelah melemahnya dinasti T'ang an pemberontakan di Tibet di samping adanya orang Arab yang beragama Islam.”

Melalui laut para peziarah disambut hangat di India. Kebudayaan India yang terdapat di Indo-Cina dan Idonesia sangat jelas terlihat. Oleh karena itu I-Tsing menganjurkan agar orang berdiam dulu di Sriwijaya untuk belajar Bahasa Sansekerta sebelum ke India. Pada masa itu banyak terjadi pertukaran cara berpikir, buku-buku dan barang-barang kesenian antara India dan Srilangka dengan Jawa, Kamboja, Campa dan pelabuhan di Selatan Cina (Canton).

Dengan demikian, dalam sejarah Asia yang makmur ketika itu, peziarah dari Cina dinasti T'ang menjadi penghubung antara India dengan negara Asia Timur Jauh dengan kunjungan-kunjungan mereka dan menerjemahkan buku-buku suci Agama Buddha.

Sumber :
PAHLAWAN DHAMMADUTA
Disusun oleh Maha Pandita Sasanacariya Sumedha Widyadharma
Diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Sangha Dhammacakka, Jakarta
Cetakan Pertama, 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Donasi 200/klik iklan, untuk membantu perkembangan Buddha Dhamma